Anodontia adalah suatu kelainan genetik yang
langka yang ditandai dengan tidak munculnya gigi geligi tetap. Kondisi ini
dibagi menjadi tiga kelompok, tergantung jumlah gigi yang hilang. Pada
anodontia kompleks gigi geligi tidak muncul secara keseluruhan. Anodontia parsial
atau hipodontia adalah kehilangan kongenital untuk satu sampai enam gigi geligi
tetap. Sedangkan oligodontia mengacu pada kehilangan lebih dari enam gigi.
Anodontia disebut juga sebagai anodontia vera
yaitu suatu keadaan dimana semua benih gigi tidak terbentuk sama sekali, baik
absennya semua gigi sulung maupun gigi sulung terbentuk lengkap namun semua
gigi permanen tidak terbentuk sama sekali.
Anodontia ditandai dengan tidak terbentuknya semua gigi, dan lebih
sering mengenai gigi-gigi tetap dibandingkan gigi-gigi sulung. Pada hypodontia,
gigi-gigi yang paling sering tidak terbentuk adalah gigi premolar dua rahang
bawah, insisif dua rahang atas, dan premolar dua rahang atas. Kelainan ini
dapat terjadi hanya pada satu sisi rahang atau keduanya. Serta terdapat
ruang yang tampak atau gigi sulung persistensi sering merupakan tanda klinis
dari keadaan ini . Menghitung gigi-gigi bersama dengan radiograf memastikan
keadaan tersebut.
Anadontia diturunkan karena adanya
faktor hereditas atau keturunan dimana penderita anodontia ini memiliki
kelainan pada kromosom X nya (tertaut kromosom X). Gen tertaut kromosom X
adalah gen gen yang terdapat pada kromosom X, yang tidak sempurna. Di samping
peranannya dalam menentukan jenis kelamin, kromosom X, memiliki gen-gen untuk
banyak karakter yang tidak berkaitan dengan seks. Pada manusia, istilah tertaut
seks biasanya menunjuk pada karakter karakter yang tertaut kromosom X. Pada
ayah mewariskan alel tertaut kromosom X, pada semua anak perempuannya tetapi
tidak ada satupun pada anak laki lakinya. Sebaliknya para ibu dapat mewariskan
alel terpaut seks pada anak laki laki maupun anak perempuan. Jika suatu sifat
terpaut seks disebabkan oleh alel resesif, seorang anak perempuan akan
memperlihatkan fenotifnya hanya jika dia perempuan homozigot. Karena anak laki-laki hanya mempunyai satu lokus, istilah homozigot dan heterozigot tidak memiliki arti untuk menggambarkan gen-gen tertaut seks. Homozigot merupakan istilah yang digunakan dalam kasus semacam itu. Setiap anak laki-laki yang mendapat alel resesif dari ibunya akan memperlihatkan sifat ini. Karena alasan tersebut, anak laki-laki jauh lebih banyak memiliki kelainan-kelainan yang diturunkan oleh alel-alel resesif yang tertaut seks.
Anodontia merupakan penyakit keturunan karena gen terpaut kromosom X,
dimana Gen tertaut kromosom X adalah gen yang terdapat pada kromosom X. Gen
tertaut kromosom X merupaka gen tertaut tidak sempurna. Pada perempuan yang
memiliki susunan kromosom kelamin XX, terdapat kromosom seks yang benar-benar
homolog. Hal ini menyebabkan hukum-hukum dominansi dan resesif bagi sifat-sifat
yang ditentukan oleh gen-gen tertaut hukum X pada perempuan sama dengan sifat sifat
yang ditentukan oleh gen-gen pada autosom. Dan biasanya gen-gen yang tertaut
pada kromosom X ini banyak terdapat pada pria. Perempuan hanya dapat bertindak
sebagai carrier dan yang bertindak sebagai penderita adalah laki laki.
Perkawinan individu penderita anodontia :
P1 :
♀
♂
Fenotip : Normal carrier (anodontia)
x normal
Genotif : XAXa
XAY
Gamet : XA , Xa, XA dan Y
F2
:
♂
♀
|
XA
|
Y
|
XA
|
XAXA
|
XAY
|
Xa
|
XAXa
|
XaY
|
Dari diagram dapat
kita ketahui probabilitas penderita anodontia adalah sebagai berikut :
1. 25 %
perempuan normal (XAXA)
2. 25
% perempuan karier anodontia (XAXa)
3. 25
% laki laki normal (XAY)
Sumber :
Campbell,Neil
A. 2008.BIOLOGI, edisi 8, jilid 1. Jakarta.Erlangga
bagaimana dengan seorang pria yg menderita anodontia yg menikah dengan wanita normal memiliki 1 ank perempuan dan satu ank laki".. apakah bisa anodontia diturunkan pada anak anak nya..
BalasHapus